Masa kanak-kanak adalah masa yang identik dengan keceriaan. Ada yang masa kecilnya kurang bahagia? Semoga tidak ada yang mengalaminya, dan semoga juga anak-anak Anda tidak sedang mengalaminya. Di belahan dunia yang lain, masih banyak anak yang menderita akibat kelaparan, kemiskinan, dan peperangan. Mari berdoa untuk mereka dan jangan lupa mengucap syukur atas apa yang anak Anda alami saat ini.
Anyway, masih ingatkah Anda ketika masih anak-anak diajarkan menabung di kotak celengan? Pasti pernah bukan, itu salah satu contoh cara mengajarkan anak literasi keuangan sejak dini. Pada usia 5 tahun, pada saat mulai masuk playgroup, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar adalah waktu yang tepat untuk mulai mengajarkan anak tentang literasi keuangan.
Literasi keuangan adalah suatu keadaan melek huruf atau melek bacaan tentang keuangan. Menanamkan literasi keuangan pada anak bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya memberi kotak celengan pada anak untuk diajarkan menabung sejak dini. Memberi barang-barang mainan anak yang mengasah otak untuk mengerti tentang uang dan cara mengelola uang. Tak pernah terpikirkan bukan? Bila ada yang melakukannya pada anak sejak dini hasilnya akan terlihat ketika mereka mulai beranjak remaja.
Banyak permainan anak yang bisa diperoleh di toko mainan anak-anak atau bisa dipesan juga ke jasa pembuatan mainan anak-anak. Tapi harap diingat, jangan terlalu banyak memberi porsi pada hal ini karena pada masa anak-anak adalah masa dimana mereka cepat menyerap sesuatu yang diajarkan dan diucapkan. Apabila Anda mengajarkan anak-anak tentang literasi keuangan yang berlebihan bisa membuat mereka lupa akan yang lain, akibatnya mereka cenderung akan menjadi mata duitan.
Bagaimana dengan anggapan selama ini bahwa tabu membicarakan uang di depan anak, dengan alasan nanti anak selalu berpikir dan berbicara tentang uang. Hal tersebut tidaklah benar sama sekali, karena Anda bisa menyesuaikan porsinya agar pemahaman literasi keuangan anak tidak dominan.
Berbicara literasi keuangan pada anak tidak hanyak soal uang tapi juga manajemen. Sejak dini anak sudah diajarkan cara mengelola uang, cara mencari uang, cara menabung, dan cara membelanjakan uang. Tidak sedikit anak jaman sekarang yang hobi belanja karena kurangnya pemahaman anak tentang uang dan pengelolaan uang yang sudah semestinya menjadi tugas para orang tua dan guru-guru di sekolah.
Memperluas budaya literasi keuangan tidak hanya pada orang dewasa, tetapi lebih diintensifkan pada anak-anak sejak dini. Kurikulum pendidikan di sekolah dan corporate social responsibility (CSR) perusahaan juga harus menunjukan perhatian pada hal ini. Badan PBB yang mengurus masalah anak (UNICEF) juga sudah memberi atensi pada hal ini, bagaimana pentingnya menanamkan dan menumbuhkan literasi keuangan pada anak sejak dini. Adanya kerjasama antarlembaga dunia dan nasional serta lokal menjadi kunci pokok agar masa depan anak terjamin dan bisa terhindar dari masalah keuangan.
Untuk kurikulum sekolah dasar sangat penting diadakan pendidikan tentang literasi keuangan, misalnya dengan simulasi permainan dan praktik cara menghitung, mengelola, dan membelanjakan uang, permainan bertukar peran antaranak dalam bertransaksi, dan masih banyak ide lainnya yang bisa diterapkan pada anak sejak dini di sekolah. Bukan masalah tabu, tapi bagaimana cara menanamkan dan menumbuhkan pola pikir anak tentang uang. Dengan adanya kegiatan untuk menumbuhkan literasi keuangan pada anak sejak dini, mereka jadi paham dan mulai berfikir bagaimana cara mengatur uang secara baik dan benar agar kelak mereka tidak terjebak pada masalah uang.
2 comments
Setuju dengan pendidikan literasi uang pada anak. Sebetulnya yang penting bagaimana mengelola uang dengan baik, termasuk menabung. Tapi kalau anaknya memang dibesarkan di keluarga pedagang, biasanya sih otomatis juga sudah terbiasa dengan perdagangan.
Setuju mb, tapi gak semua anak ngerti dagang bahkan sebagian besar anak dibiarkan suka jajan. Nah lo..
EmoticonEmoticon