Dalam
sebuah rumah tangga sudah menjadi komitmen bersama antarpasangan untuk menciptakan
kondisi keuangan rumah tangga yang sehat dan mapan. Seorang suami apapun latar belakang keyakinan
dan pendidikannya, harus bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup rumah
tangganya. Begitu juga istri tanpa
melihat latar belakang agamanya, bertugas untuk mengelola keuangan rumah tangga
agar keuangan bisa tercatat rapi mulai dari kebutuhan sandang, sekolah, belanja,
piknik, dan lainnya sesuai kesepakatan bersama pasangan.
Pernahkan
Anda mengalami kekerasan finansial dalam rumah tangga? Ya kekerasan finansial yang dimaksud di sini
bukanlah kekerasan fisik, melainkan sebuah kondisi tekanan psikologis yang
dialami pasangan akan kondisi keuangan rumah tangganya. Misalnya, suami yang bekerja dan berusaha
mencari penghasilan tetapi istri yang menghabiskan uang dengan belanja secara
membabi buta tanpa pengelolaan keuangan yang matang. Atau seorang istri yang seyogyanya berada di
rumah harus bekerja membanting tulang memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya,
sementara suami tidak bekerja (apapun alasannya, kecuali cacat tetap). Hal-hal seperti itulah yang dianggap sebagai
kekerasan finansial dalam rumah tangga.
Bagaimana
caranya agar Anda dan pasangan tidak mengalami kekerasan finansial dalam rumah
tangga? Caranya ya tentu saja harus ada
komitmen dan kesepakatan bersama antara suami dan istri tentang siapa melakukan
apa, dan bagaimana cara untuk mencapai kondisi kebebasan finansial yang
diinginkan bersama.
Setelah
terjadi kesepakatan dan komitmen bersama apapun latar belakang agama dan
pendidikannya, tentu perjalanan rumah tangga akan menemukan titik terang. Suami senang penghasilan yang diperoleh
dikelola dengan bijak oleh istri, begitu juga istri senang melihat suami
bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup berdua.
Satu
contoh kasus, kekerasan finansial dalam rumah tangga yang sering dijumpai yaitu
kurang tanggung jawabnya suami untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga,
akibatnya istri menjadi keluar dari tugas utamanya untuk berada di rumah
menjaga anak, memasak, dan mengatur keuangan keluarga dengan bekerja di
kantoran atau berbisnis. Namun tidak
semua istri yang bekerja di luar rumah meninggalkan tanggung jawabnya sebagai
seorang istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya.
Besarnya kebutuhan rumah tangga tak mampu ditanggung sendiri oleh suami
sehingga istri pun “terpaksa” membantu bekerja mencari penghasilan.
Apakah
suami istri yang kerap mengalami kekerasan finansial dalam rumah tangganya
merupakan ciri masyarakat di negara berkembang?
Sepenuhnya tidaklah benar adanya karena di negara maju pun kejadian
tersebut sering terjadi.
EmoticonEmoticon