China merupakan negara berpenduduk terbesar di dunia dengan populasi mencapai 1,4 milyar jiwa. Negara yang terletak di Benua Asia tersebut merupakan negara terluas ke-3 di dunia setelah Rusia dan Kanada dengan luas wilayah mencapai 9,5 juta kilometer persegi.
China atau Tiongkok menerapkan sistem ekonomi yang condong ke arah pasar bebas sejak tahun 1980, meski mempunyai pemerintahan yang dikuasai oleh Partai Komunis. Dengan sistem ekonomi yang sebagian masih dikontrol oleh pemerintah, China berhasil menjadi negara dengan jumlah Cadangan Devisa terbesar di dunia dan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar ke-2 di dunia setelah Amerika Serikat.
China menggunakan mata uang Yuan dalam sistem perekonomiannya, di mana USD1 setara dengan 6,8 Yuan per September tahun 2020. Meski dikenal juga Renminbi, China menggunakan Yuan dalam penyebutan mata uangnya. Rupanya China pernah menerapkan Hedging atau Lindung Nilai pada mata uangnya sebesar sekitar 8 Yuan per dolar Amerika selama 1 dasawarsa, yaitu antara tahun 1995 sampai tahun 2005. Namun, setelahnya mata uang Yuan diserahkan pada mekanisme sistem mengambang bebas (Free Floating Exchange Rate).
China menempati urutan ke-85 dari 190 negara dalam hal Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2019. Dan China berada di peringkat ke-31 dari 190 negara dalam hal Kemudahan Berbisnis pada tahun 2020. Dari kedua indikator peringkat tersebut menggambarkan bahwa pembangunan sosial ekonomi China sudah cukup bagus.
Jumlah PDB China pada tahun 2018 mencapai 90,03 triliun Yuan atau setara USD13,23 triliun (kurs 6,8 Yuan per USD) atau IDR196,17 kuadriliun (kurs IDR2.179 per Yuan), mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yang mencapai 82,07 triliun Yuan. Sementara jumlah PDB per kapita penduduk sebesar 64.285 Yuan atau setara IDR140 juta (kurs IDR2.179 per Yuan) pada tahun 2018. China hanya kalah bersaing dengan Amerika Serikat dalam hal jumlah PDB. Makanya tidak heran di antara kedua negara tersebut terjadi perang dagang yang berlarut-larut.
Berdasarkan data terbaru dari Otoritas China, pada kuartal keempat tahun 2019, PDB China tumbuh sebesar 6%. Namun, pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan PDB China mengalami kontraksi sebesar minus 6,8%. Untungnya, pada kuartal II tahun 2020, jumlah PDB China mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,2%. Dengan demikian, China menjadi salah satu negara yang berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi positif alias tidak mengalami resesi di tengah Pandemi COVID-19.
Perdagangan internasional China pada tahun 2018 mencapai 30,5 triliun Yuan atau USD4,48 triliun (kurs 6,8 Yuan per USD), dengan perincian nilai ekspor mencapai 16,41 triliun Yuan atau USD2,41 triliun , dan nilai impor mencapai 14,08 triliun Yuan atau USD2,07 triliun. Berarti terjadi Surplus Neraca Perdagangan China tahun 2018 sebesar 2,33 triliun Yuan atau USD342,64 miliar. Negara yang menjadi mitra dagang utama China adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Hongkong, Korea Selatan dan Taiwan. Produk ekspor China didominasi produk elektronik dan produk kesehatan (medical product).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) China tahun fiskal 2018 mencapai 22,09 triliun Yuan atau USD3,24 triliun atau IDR48,13 kuadriliun. Adapun perinciannya adalah pendapatan negara sebesar 18,33 triliun Yuan dan Belanja Negara sebesar 22,09 triliun Yuan. Berarti terjadi defisit APBN sebesar 3,7 triliun Yuan atau sekitar 4% dari total PDB.
Sementara itu, jumlah utang (dalam dan luar negeri) negara China mencapai 14,96 triliun Yuan atau USD2,2 triliun pada tahun 2018. Sementara posisi Cadangan Devisa (International Reserves) negara China mencapai USD3 triliun pada tahun 2018 dan USD3,3 triliun pada pertengahan tahun 2020.
Jumlah total angkatan kerja Tiongkok pada tahun 2018 mencapai 775,86 juta orang dan tahun 2017 mencapai 776,40 juta orang. Sementara tingkat pengangguran yang terdata mencapai 9,74 juta orang pada tahun 2018 dan 9,72 juta orang pada tahun 2017. Jika dihitung dalam persentase, maka jumlah pengangguran di China pada tahun 2018 mencapai 1,25%, dan pada tahun 2017 mencapai 1,25%.
Jumlah uang yang beredar (M2) di China mencapai 182,7 triliun Yuan atau setara USD26,86 triliun (kurs 6,8 Yuan per USD) atau IDR398,1 kuadriliun (kurs IDR2.179 per Yuan) pada tahun 2018. Sementara itu, tingkat inflasi di China tahun 2019 berdasarkan Consumer Price Index (CPI) mencapai 2,9% (year on year). Angka inflasi tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan inflasi tahun 2018 yang mencapai 2%.
Pada tahun 2018, jumlah total simpanan masyarakat China di perbankan mencapai 177,5 triliun Yuan atau USD26,1 triliun (kurs 6,8 Yuan per USD). Sedangkan, total pinjaman di perbankan China mencapai 136,3 triliun Yuan atau USD20 triliun. Maka, dapat dihitung rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) secara keseluruhan sebesar 76,8%.
EmoticonEmoticon