Jumlah investor domestik di pasar modal dan pasar uang hingga tahun 2020 masih sedikit hanya sekitar 3 juta investor atau sekitar 1% dari total penduduk Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam memajukan dunia investasi dalam negeri. Belum lagi tingkat literasi keuangan dan investasi masyarakat domestik yang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya apalagi Asia sehingga sering ditemukan kesalahan yang dilakukan investor dalam berinvestasi.
Apa saja kesalahan dalam berinvestasi yang sering dilakukan investor akan diulas di sini. Dari berbagai praktik investasi di pasar baik domestik maupun internasional, dapat dirangkum kurang lebih terdapat 10 kesalahan dalam berinvestasi yang paling sering dilakukan para investor.
Kesalahan pertama, investor tidak memahami prinsip High Risk High Return. Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam investasi yang menawarkan penghasilan tinggi, juga mengandung risiko kerugian yang tinggi pula. Oleh karena itu, investor perlu mempelajari karakteristik risiko pada investasi yang dipilih untuk kemudian meminimalkan risiko kerugian yang mungkin akan diderita. Salah satu caranya dengan memilih produk investasi yang mengandung risiko paling kecil. Jadi, tidak ada investasi yang tidak berisiko.
Kesalahan kedua, masyarakat investor mudah tergiur dengan tawaran bunga investasi yang tinggi dan diperoleh dalam waktu singkat. Banyak kasus investasi bodong yang memakan korban sehingga mengalami kerugian uang dalam jumlah besar hanya karena diiming-iming bunga investasi yang tinggi dan diperoleh dalam waktu singkat. Segala sesuatu di muka bumi ini butuh proses, butuh waktu, butuh usaha dalam menghasilkan suatu pendapatan. (Baca juga artikel Seribu Rupa Investasi Bodong di Blog ini)
Kesalahan ketiga, investor tidak memahami produk dan risiko investasi secara memadai. Tidak sedikit investor yang abai untuk membaca prospektus berisi profil lengkap produk investasi. Di dalam sebuah prospektus memuat berbagai macam hal yang terkait dengan produk investasi, seperti profil produk, risiko investasi, manajemen strategi investasi, perincian biaya investasi, perhitungan bunga, tata cara pembelian dan penjualan produk, dan masih banyak lagi.
Kesalahan keempat, pemodal tidak mempunyai tujuan investasi yang jelas. Tentukan terlebih dahulu tujuan investasi karena dengan menetapkan tujuan investasi yang ingin dicapai, investor dapat memilih produk atau instrumen investasi yang sinkron atau cocok dengan tujuan investasi yang telah ditetapkan di awal. Beberapa contoh tujuan investasi adalah untuk membeli aset properti, untuk membeli kendaraan, untuk biaya sekolah anak di universitas, untuk wisata keliling dunia, untuk biaya pernikahan anak, dan lain-lain.
Kesalahan kelima, antara tujuan dan produk investasi yang dipilih investor tidak sinkron. Ini yang kadang tidak dipahami oleh investor, sudah tujuan investasi tidak jelas atau belum ditentukan di awal, keliru lagi memilih produk investasinya. Jadinya, antara tujuan investasi dan produk investasi yang dipilih tidak sinkron. Sebagai contoh, konsumen ingin investasi saham, tapi yang dipilih produk investasi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, sinkronkan antara tujuan investasi dan produk investasi yang dipilih.
Kesalahan keenam, investor memilih produk dan lembaga investasi yang tidak berizin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Banyak sekali kasus penipuan berkedok investasi yang terjadi karena kelalaian investor yang asal memilih produk dan lembaga investasi yang tidak memiliki izin resmi dari otoritas terkait, seperti OJK, BAPEPAM, dan BAPPEBTI.
Kesalahan ketujuh, investor tidak melakukan manajemen portofolio yang baik. Manajemen portofolio sangat berguna bagi investor agar investasi yang dilakukan dapat terencana, terarah, dan terkelola dengan baik. Tumpang tindih investasi sehingga bercampur aduk membuat investor kesulitan dan kebingungan dalam mengelola aset investasinya. (Baca juga artikel Memahami Manajemen Portofolio di Blog ini)
Kesalahan kedelapan, investor tidak menerapkan diversifikasi produk investasi. Seperti sebuah perumpamaan “Jangan Menaruh Semua Telur di Satu Keranjang”, artinya jangan menaruh semua uangmu di satu aset investasi saja, tetapi sebarlah uangmu pada berbagai aset investasi. Tujuan diversifikasi produk investasi adalah untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalkan risiko kerugian.
Kesalahan kesembilan, investor tidak membekali diri dengan pengetahuan analisis fundamental dan analisis teknikal. Akibatnya investor menjadi asal dalam membeli suatu aset investasi yang hanya berdasarkan intuisi atau perasaan. Perlu dipahami bahwa Analisis Fundamental berguna bagi investor dalam menentukan produk investasi mana yang paling menguntungkan dan memiliki risiko paling kecil. Sedangkan, Analisis Teknikal bermanfaat bagi investor untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian atau penjualan suatu aset investasi. Dengan membekali diri dengan pengetahuan analisis fundamental dan analisis teknikal dapat membantu investor untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalkan risiko kerugian. (Baca juga artikel Cara Analisis Fundamental Efek dan Cara Analisis Teknikal Efek di Blog ini)
Kesalahan kesepuluh, investor tidak terbiasa menggunakan metode analisis keuangan dalam menghitung pendapatan dari investasi yang dilakukan. Ada banyak metode atau analisis rasio keuangan yang bisa dipakai investor antara lain Payback Period, Net Present Value, Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Price to Book Value. Setidaknya dengan membiasakan diri menggunakan metode analisis rasio keuangan dapat memberi gambaran bagi investor mengenai produk investasi yang dipilih. Ibarat jangan sampai seperti membeli kucing dalam karung. (Untuk cara perhitungan metode analisis rasio keuangan tersebut di atas dapat dibaca pada artikel berbeda di Blog ini).
EmoticonEmoticon